Adaptasi

 

Awal tahun 2024, suhu di kota Lawrence mencapai minus 21 derajat selsius (-21 C), suhu yang tak pernah aku banyangkan akan pernah kutemui. Suhu yang bahkan kulkas rumahan di Indonesia tidak bisa mencapainya. Suhu yang jauh dari titik beku air dan dapat membunuh manusia. 
Lalu bagaimana manusia bisa bertahan pada suhu tersebut? Rasanya tidak mungkin bisa bertahan jika manusia hanya menyerah dan pasrah pada keadaan. Tapi nyatanya kondisiku sekarang yang sehat walafiat, dan tidak terdampak oleh suhu ekstrim tersebut. Ko bisa?

Ya tentu bisa, karena manusia dikaruniai akal dan insting untuk beradaptasi. Jika dingin, ya jangan banyak keluar rumah, pakai jaket tebal kalau di luar, pakai pelembab agar kulit tidak pecah. Sekarang rasanya suhu 20 derajat celsius saja sudah panas bagiku, haha. Ya itu mungkin bentuk adaptasi tubuh manusia.

Kita tidak akan bisa beradaptasi dengan suatu hal jika tidak pernah mengalami hal tersebut. Gimana-gimana maksudnya? Ya maksudnya seperti contoh diatas, bagaimana bisa manusia bisa bertahan hidup di suhu kulkas jika bukan karena mencoba bertahan dan beradaptasi? Karena memakai baju tebal adalah bentuk adaptasi manusia terhadap suhu di sekitarnya. Apakah aku takut mati saat keluar rumah saat itu? Tidak, asalkan aku pakai pakaian yang sesuai. 

Lalu bagaimana refleksi terhadap hal lain, terutama dalam menghadapi persoalan dan tekanan hidup? Ya manusia juga dikaruniai kemampuan untuk beradaptasi dalam persoalan kehidupan. Misal, kita harus beradaptasi dengan lingkungan kerja baru, pace kerja di kantor, ataupun beradaptasi dengan tetangga di rumah baru. Masalah akan selalu datang, namun dengan terus menghadapi masalah kita akan lebih mudah beradaptasi. Terdengar normatif bukan? Hahaha...

Tentu dalam rangka beradaptasi kita harus berpikir dan bereksperimen. Seperti halnya baju tebal untuk menghadapi suhu dingin, kita harus menemukan tools yang tepat untuk beradaptasi. Adaptasi juga harus diiringi hati yang besar, pikiran yang jernih, kesabaran dan dispilin. Karena overthinking kadang menghadang kita untuk beradaptasi, dan malas kita menjadi penghambat kita dalam beradaptasi. 

Banyak sekali pemain bola berbakat namun gagal untuk menjadi bintang besar bukan? kenapa? Karena mereka gagal untuk beradaptasi dengan lingkungannya, tidak disiplin, dan tidak bersabar dan berbesar hati dengan ekspektasi besar media. Namun banyak juga contoh pemain bola yang berhasil sukses karena mudah beradaptasi, bisa menyesuaikan dengan lingkungan yang mungkin jauh berbeda dari tempat asalnya. Strategi setiap tim tentu berbeda-beda, tak jarang juga ada pemain yang memiliki peran baru di tim barunya. Pemain yang dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut (bagaimanapun caranya) dapat menjadi pemain yang sukses dan mampu membantu timnya.

So, jangan takut pada dinginnya hari, karena kamu bisa pakai jaket tebal. Jangan takut untuk menghadapi hal-hal yang baru dalam hidupmu, karena kamu bisa beradaptasi dan menghadapinya!

Lawrence, 21 Ramadhan, 3/30/24

Komentar

Postingan Populer