Nasib Baik #1 (Journey from factory to PhD)
Aku tertegung, tertegung karena akupun tak tau cara menjelaskan ke orang lain agar bisa mengulangi kisahku. Kisah ini tidak untuk dicontoh atau diulang. Ko gitu? karena yang aku yakini ini bukan semata kerjakerasku, semua ini kombinasi dari ikhtiar, tawakal dan nasib baik yang bertemu. Aku sering menyebutnya momentum.
Sekarang aku coba ceritakan nasib baik yang aku alami hingga bisa merasakan menimba ilmu di US walau hanya berstatus research/visiting scholar.
Sewaktu lulus aku selalu termotivasi untuk mengambil master di Jepang. Bukan tanpa alasan karena sewaktu intership di LIPI (BRIN sekarang), aku ditawarin oleh spv di BRIN untuk ambil MEXT jalur professor di Kyoto University. Sewaktu aku lulus aku diminta untuk membuat proposal, tapi proposal tak kungjung jadi karena aku sibuk kerja. Ya aku kerja selepas lulus untuk memodali proses hunting scholarship. Mungkin itu letak rezekinya, takdirnya. Akupun batal untuk masuk perusahaan bergengsi, KAO oleochemical yang ada di Karawang (mungkin bagian ini akan kuceritakan nanti, kenapa aku gagal dan bagaimana prosesnya).
Karena rencana ke Jepang berantakan, aku cari beasiswa dalam negeri sebagai alternatif. Alasan pengambilan beasiswa dalam negeri karena aku sadar kemampuan bahasa inggrisku tidak semoncer itu waktu itu (walau sekarang juga biasa aja, HAHA). Aku coba carilah beasiswa dalam negeri, hingga bertemu dengan beasiswa PMDSU. Beasiswa ini tidak asing bagiku, karena beberapa senior S1 juga dapat beasiswa ini. Nah seperti yang sudah aku bilang, langkahku bukan untuk dicontoh atau diulang, karena beasiswa ini cukup tricky. Ini langkah versiku, bukan versi orang lain yang harus berkenalan dengan calon promotor hingga menjalani test dan wawancara dengan calon promotor.
Biasanya calon pendaftar beasiswa ini harus mencari calon promotor yang satu topik, kemudian approach ke calon promotor secara resmi ataupun personal. Beberapa teman ada yang mengirimkan surat lamaran, CV hingga wawancara dengan calon promotor. Untukku tidak, aku hanya mengirimkan pesan kepada calon promotor melalui WA. Kenapa bisa melalui WA? Ya saat aku melihat daftar calon promotor PMDSU, kebetulan ada nama Prof TJR yang merupakan DPS 2-ku waktu S1. Di sini aku rasa letak takdirnya, ko bisa kebetulan beliau ada dalam daftar calon promotor.
Sedikit cerita mengenai beliau, aku pernah melakukan kesalahan sewaktu S1 ketika bimbingan dengan beliau. Aku termakan omongan kaka tingkat (kating) yang bilang DPS 2 itu biasanya hanya mengoreksi setelah draf skripsi jadi. Jadi aku baru bimbingan dengan beliau saat mau mengajukan ujian skripsi. "Mas, ko kamu baru bimbingan sekarang? Harusnya setiap dapat data kamu bimbingan ke saya. Ini mau lulus baru bimbngan". Dengan masalah ini alhasil nilai penelitianku hanya A-, menyedihkan karena saat defence nilaiku A. Namun beliau sudah memaafkanku sekarang (aku rasa).
Kembali ke ceritaku, berkas dan lain-lain sudah aku kirimkan ke lama PMDSU. Aku hubungi lagi Prof TJR, bagaimana dengan proses pengajuan mahasiswa lewat beliau. Karena pada aturannya, pendaftaran dilakukan melalui dua arah, mahasiswa dan calon promotor. Beliau bilang "Kamu sudah saya daftarkan mas, tapi saya mengirimkan 2 nama". Aku pun panik, karena notabennya hanya 1 mahasiswa yang akan diterima. Mendengar kabar tersebut, akupun mancari backup beasiswa, karena syarat pendaftaran PMDSU adalah LoA dari departemen. Suatu hari beliau (Prof TJR) bertanya kepadaku:
"Habibie, kamu kalau nggak diterima di PMDSU, mau lanjut kuliah atau tidak?"
"InsyaAllah saya lanjut Pak. Jika tidak dapat (beasiswa PMDSU), saya akan coba beasiswa Unggulan atau cari kerja untuk lanjut Pak". Jawabku, karena akupun sudah memikirkan segala kemungkinan dan mencoba menunjukan keseriusanku.
Selama proses pendaftaran beasiswa, akupun masih bekerja di FSW. FSW merupakan pabrik kertas daurulang yang berlokasi di cibinong. Di sana, aku menghabiskan setahun penuh masa probation. Aku memutuskan untuk resign walau belum diterima beasiswa. Akan terasa sulit jika melakukan dua kesibukan (kuliah dan kerja di pabrik) bagiku. Terlebih lagi pabrik ini menerapkan 3 shift untuk karyawan QC-Production sepertiku. Aku coba mengajukan surat pengunduran diri sewaktu ditawari kontrak karyawan tetap. Spv-ku, Pak S mengumpulkan karyawan probation, dan bertanya kesediaan kami untuk diangkat sebagai karyawan tetap.
"Pak, sebenernya saya sedang daftar untuk lanjut kuliah." Buka-ku untuk menolak tawaan beliau.
"Emang udah diterima Bie?". Tanya beliau
"Saya sudah diterima untuk S2nya, tinggal nunggu pengumuman beasiswanya." Jawabku sambil mencoba tidak mengecewakan beliau.
"ya sudah, besok buat surat resign-nya, jangan dadakan. Biar nanti disampaikan ke Pak W (kepala bagian)". Akupun langsung memberikan surat resign dengan perasaan optimis bahwa beasiswaku akan diterima.
Besoknya aku dipanggil oleh Kepala Bagian. Dan proses negosiasipun terjadi
"Kamu beneran nggak mau jadi karyawan tetap?". Tanya bosku
"Betul Pak, saya sudah diterima. Tidak mungkin mundur lagi"
"Kamu bilangnya tidak mau S2, gimana sih?" Tanya bosku dengan nada tinggi
"Itukan dulu Pak, sekarang saya mutusin buat resign karena ini kesempatan besar buat saya". Jawabku sambil mengelak
"Ya sudah saya beri kamu 3 hari buat mikir, nanti kita bicarain lagi". Tutup bos W sambil menyuruhku pergi.
Seminggu setelahnya akupun berhasil meyakinkan beliau untuk tetap resign. Untuk resign di perusahaan tersebut, aku harus minta 4 persetujuan atasan, group leader, spv, kepala bagian dan manager. Tiga lainnya sudah kudapatkan, tinggal satu lagi dari manager. Tak disangka, manager malah menyambut baik keputuskanku. Kami berbicara 4 mata, beliau bercerita kakak beliau yang ingin sekali jadi akademisi, namun tidak pernah kesampaian karena dihalangi orang tuanya.
"Dia itu pinter banget, jauh lebih pinter dari saya. Tapi saya dukung keputusan kamu." Kata beliau menjelang akhir pembicaraan.
"Satu pesan saya, jangan bandingkan diri kamu dengan orang lain. Satu-satunya orang yang oleh kamu bandingkan dengan dirimu adalah dirimu yang kemarin". Nasihat yang selalu aku ingat dan tidak pernah aku lupa.
Setelah resign, tinggallah menunggu pengumuman PMDSU. Ketar-ketir perasaanku, karena waktu itu aku juga sudah resign dari perusahaan. Seminggu sebelum pengumuman, aku kembali menghubungi Prof TJR untuk meminta rekomendasi beasiswa unggulan. Tanpa mengurangi rasa optimisku tentunya, tapi sebagai sikap jaga-jaga saja. Ketika dimintai surat rekomendasi, beliau berpesan. "Tunggu pengumuman saja mas, jangan daftar dulu (basiswa Unggulan)". Aku pun bingung, dan hanya bisa menuruti kata beliau.
Beasiswa (PMDSU) ini cukup membingungkan bagiku, karena tidak ada tolok ukur pasti kenapa kita diterima atau tidak. Aku hanya bisa mengandalkan kepercayaanku kepada calon promotor saat itu. Aku gelisah menunggu hari pengumuman tiba. Sampai semua opsi sudah kupikirkan, dari mencari beasiswa dalam negeri lain, sampai kembali bekerja di perusahaan. Namun opsi terakhir agak sukar rasanya, sulit sekali mencari pekerjaan saat pendemi.
Sampai di hari-H pengumuman, hatiku senang tiada karuan. Akhirnya kabar baik yang ditunggu-tunggu datang, aku diterima sebagai penerima manfaat beasiswa PMDSU. Sujud syukur ku lakukan, akupun menghampiri Ibuku dan memeluknya.
"Mah, aku diterima beasiswa!".
Ibuku masih bingung dan bertanya dalam bahasa sunda "beasiswa naon (apa)?".
"Alhamdulillah diterima beasiswa sampai S3 di UGM mah". Jawabku masih kegirangan.
"Alhamdulillah".
Bapakku yang masih keheranan dan tidak tau apa yang terjadi bertanya, "Di terima beasiswa full? Nanti semua biaya ditanggung?"
"Muhun Pa (iya pak)".
Akhirnya penantian itu tidak berakhir dengan kecewa, kekhawatiran berakhir dengan senyuman. Dari kisah diatas, kenapa sepertinya perjalananku tidak untuk semua orang dan tidak untuk dicontoh. Karena aku tidak menjalani tes untuk mendapatkan beasiswa ini. Aku mendapatkan nasib baik, karena calon promotor yang aku approach merupakan DPS-ku waktu S1.
Berikut cerita bagaimana perjalanan dari factory ke PhD, kisah yang sangan tidak menginspiratif dan tidak bisa jadi contoh. Bagaimana perjalanan lainnya sampai bisa ke Amerika? Kita tunggu cerita berikutnya!
Lawrence, 05/12/24.
Komentar