Memiliki = bertanggungjawab
"Pak, si adek jadi dibeliin motor?". Tanyaku pada bapak
"Nanti aja, nunggu kamu pulang dari US. Kalau sekarang kayaknya dia belum siap, nanti gimana ganti olinya, gimana isi bensinya. Takutnya malah nggak kerawat, toh dia belum tau daerah sini juga." Jawab Bapak
"Oh, ya udah". Tanggapku
Obrolan ini mengingatkanku tentang nasihat bapak. Punya mobil, berarti kita harus menanggung perawatan mobil yang mahal dan bensin yang harus diisi. Bapakku dulu baru beli mobil setelah aku selesai kuliah. Alasanya simple, perawatannya mahal dan belum tau peruntukannya untuk apa. Karena tinggal di kampung, jadi mobil itu tidak terlalu terpakai karena sepeda motor jauh lebih simple, efisien dan murah tentunya.
Mungkin jika bisa digeneralisir, ketika kita memiliki apapun maka kita punya tanggungjawab dengan apa yang kita miliki. Kita harus bisa mengukur kemampuan kita ketika punya keinginan memiliki sesuatu. Perihal ini tidak hanya berlalu akan barang, namun juga jabatan dan pekerjaan. Pemikiran dan pertimbangan yang matang tentu diperlukan ketika kita membeli barang yang mahal seperti rumah dan mobil. Maka hal ini berlaku juga ketika kita menginginkan pekerjaan atau amanah lainnya. Lagi-lagi harus disesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki.
Pun berlaku juga untuk pasangan, apakah kita sudah siap bertanggungjawab atas segala sesuatunya?
Jika boleh dianalogikan, pasangan itu seperti halnya rumah. Kita harus memikirkan dimana kita akan tinggal? apakah sudah sesuai dengan kebutuhan kita? apakah cukup besar untuk kita tinggal? atau malah terlalu besar untuk kita? apakah kita bisa merawatnya agar tidak cepat rusak? apakah kita bisa memperbaikinya jika ada kerusakan? dan masih banyak apakah-apakah yang lainnya.
Dan jika dibalik kepada diri kita, apakah kita sudah cukup asri dan nyaman untuk ditinggali?
Yang pasti sebagai rumah, kita hanya bisa berbenah agar menjadi tempat yang nyaman nantinya.
Ingat, dengan memiliki maka kita harus bisa bertanggungjawab. Termasuk rumah😅
Komentar