Tugasku selanjutnya

"Mas, nanti kalau nikah mau tinggal dimana? Nanti kerjaannya dia gimana". Tanya Ibunya
"Di Jogja Bu, insyaAllah. Saya juga tidak keberatan kalau saya harus LDR dengan anak Ibu". 
"Trus kamu mau bolak-balik naik motor jogja-bekasi setiap bulan gitu?".

Aku diam, ternyata aku masih sangat mentah saat itu.

Jawabanku itu hanya berujung kepada penolakan. Akupun keheranan, dan apa yang salah dengan jawabanku?
Belakangan aku menyadari kesalahanku. Waktu itu orientasiku hanya menjadi suami, tapi bukan suami yang qowwam bagi keluarga. Dulu aku hanya mengira suami itu harus bisa jadi teman untuk keluarga, memberikan nafkah dan menjadi pelindung. Ternyata tugas suami itu lebih, dan harus qowwam.

Nah apa sih Qowwam? Qowwam sendiri disebut di surat An-nisa ayat 34:

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ : ٣٤

"Laki-laki (suami) adalah penanggungjawab* bagi perempuan". QS 4:34 

*Sebagai kepala keluarga, suami bertanggung jawab untuk melindungi, mengayomi, mengurusi, dan mengupayakan kemaslahatan keluarga.

Jadi suami adalah penangjawab keluarga.
Nah, gimana caranya menjadi suami yang qowwam tapi kamu sendiri masih banyak mengeluh, masih bergantung dari orang tua, masih lemah imannya. Gimana mau jadi suami, kalau kamu nggak bisa hadir dalam keluarga? Minimal hadir untuk orang tua dan saudari-saudari mu. 

Jadi untuk diriku, jadilah lelaki yang kuat, belajarlah mengurus diri, belajarlah cara-cara mengayomi. Belajar juga cara mengurus diri sendiri dengan layak, agar bisa mengurus keluarga dengan layak. Hadirlah terus di dalam keluarga, terus dekatkan diri. Untuk apa? Untuk mencapai kemaslahatan keluarga. Karena jika keluarganya kuat, insyaAllah ummatnya kuat. 

Wallahualam

Boleh loh ngasih feedback ke link di bawah ini:

https://docs.google.com/forms/d/17jBxQT3UyLBj55_oXUfYWm1a4I1k4mirxLJkc-SGf9Y/prefill



Komentar

Postingan Populer