Nol Resiko

"Gue takut gagal bang kalau gue resign". Bimbangku membuka obrolan bersama temenku, ku panggil abang karena dia lebih tua setahun aja. 

Kala itu aku ragu, karena era covid susah banget dapat kerja. Mana tabungan cuma cukup buat 6 bulan hidup dan sekali SPP kala itu.

"Ya elah bro, kita itu udah miskin. Kalau lu gagal dapetin beasiswa, lu tetep miski". Tegas dia

Kata-kata dia menggambarkan privillage sebagai orang tidak berada. Kata-kata yang menjadi wasilah ketetapan hati seorang bujang anak petani untuk tetap mengejar mimpinya sampai ke amerika.

Kadang keputusan besar dalam hidup kita itu hanya kita besar-besarkan saja. Nyatanya aku akan baik-baik saja bilasanya aku ditolak beasiswa saat itu. Temanku ditolak beasiswa tetap bisa hidup. Tinggal bagaimana ketengan dan kedewasaan jiwa kita aja. Makanya banyak-banyak istigfar dan minta ketenangan sama Allah.

Mintalah nasihat untuk menetapkan hati, karena sebetulnya semua keputusanmu resikonya nol. Karena pilihanmu adalah takdir dari Allah yang kau pilih. 

Takut gagal? Ya gimana kita tau gagal atau berhasil kalu kita nggak pernah mutusin pilihan kita. Makanya dalam setiap keputusan mintalah kerberkahan, kebaikan dan hikmah dari Allah. Kalau kita gagal, paling tidak kita tahun bahwa kita lagi dijauhkan dengan takdir yang bukan milik kita. 

Tulisan ini dibuat setelah menonton film "Jatuh Cinta Seperti di Film-film". Emang bagus banget itu film. Ada satu katayang kusuka banget:
"Romansa itu cuma ada dipikiran lu!". 
Ternyata semua ketakutan Bagus (karakter utama) itu cuma ada dipikiran dia. Semua bayangan tentang penolakan, kebingungan hingga patah kaki, itu semua cuma sekenario yang dia buat-buat dalam pikiran dia. Dia cuma perlu jujur dan bicarain baik-baik semuanya sama Hana. 
 
Maka dari itu aku sudah memulai, apapun hasilnya aku akan dan harus terima. 

Wallahualam

Komentar

Postingan Populer