Aku dan masjid
Aku yang waktu masih polos tidak mengerti kenapa masjid selalu kosong (waktu itu aku masih SMP). Dan pula kenapa jamaah hanya ramai di magrib dan isya. Pernah sekali aku menangis karena sholat Dzuhur sendirian di masjid. Sehabis menangis aku tertidur.
Aku terbangun di sebuah peperangan, dimana aku dikejar oleh musuh dan tertangkap. Ada 4 orang menghampiriku.
"Itu mereka ya Rasulallah". Sambil menunjuk ke arahku.
"Bebaskan mereka". Jawab Beliau.
Aku terbangun, menangis. Ternyata hanya mimpi, mimpi indah yang tidak pernah aku jumpai lagi. Mimpi bertemu Rasulullah.
Lepas SMP, aku bersikeras untuk bersekolah di SMA favorit di kota. Jaraknya kira-kira 40 km, 1 jam perjalanan. Kondisi tersebut memaksaku untuk tinggal di kos-kosan bersama saudara.
"Pokoknya jangan lupa untuk meramaikan masjid dimanapun kita berada". Nasihat Bapak yang selalu terngiang.
Kejadian-kejadian ini menjadikan pembiasaan kepada diri. Menanamkan pemikiran bahwa ke masjid itu sebuah kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan. Karena sudah mengakar, salah satu hal yang pertama yang aku pertimbangkan saat mencari tempat tinggal di US adalah masjid. Alhamdulillah, biidznillah, Allah ngasih tempat tinggal di masjid.
Pengalaman ini memiliki makna bahwasanya penanaman pola pikir dan kebiasaan itu penting. Agar kita memiliki dasar dan kebiasaan yang baik.
Wallhualam
Komentar